Ingin Membuat Channel Vlog? 5 Poin Ini Harus Ada Dalam Vlog Kamu
Dunia informasi dan komunikasi telah berubah. Sekarang orang yang ingin menyaksikan tayangan audio visual tidak hanya melalui tv atau dvd saja, tapi udah bisa streaming di berbagai layanan media sosial online, contohnya YouTube.
YouTube pun sekarang menjadi media online yang tengah populer di berbagai segmen. Tidak hanya orang dewasa, anak-anak pun sekarang sudah bisa mengakses #YouTube.
Dengan seperti ini artinya informasi sangat terbuka bagi siapapun. Efek positifnya adalah semua orang mudah berbagi informasi dalam bentuk audio visual dan juga mendapatkan informasi dalam bentuk yang sama. Tinggal buka YouTube, ketik apa yang ingin dicari semua muncul.
Tapi, tentu ini juga memiliki efek negatif. Karena YouTube terbuka bagi siapa saja, itu artinya tiap orang (YouTubers) bisa mengunggah konten dengan berbagai konten. Sehingga bisa saja anak-anak yang mengakses YouTube mengakses konten yang tidak sesuai dengan umur atau latar belakangnya.
Kalau sudah seperti ini, siapa yang harus bertanggung jawab?
Ya semuanya…
Termasuk salah satunya Vlogger itu sendiri.
Vlogger Harus Jadi Pengontrol
Nah, sekarang ini lagi banyak-banyaknya konten jenis Vlog (Video Blogging). Semua orang bisa membuat channel sendiri dengan konten video yang dikehendaki. Biasanya, Vlog merupakan konten YouTube yang isinya tentang keseharian. Ya semacam diari tapi dalam bentuk audio video. Bisa dikatakan Vlog ini juga transformasi dari Blog. Tapi bukan berarti Blog harus dilupakan lho ya…
Dalam kondisi sekarang ini, dan setelah saya mengamati beberapa Vlog, banyak banget Vlogger yang mengunggah konten yang sebenarnya tidak ada isinya sama sekali. Maaf, ini bukan menjelek-jelekan, tapi ini kenyataan dari apa yang ada saat ini. Toh tidak semua Vlogger seperti itu kok.
Kembali lagi ke masalah keterbukaan informasi dan pemirsa yang siapapun bisa melihat tayangan #vlog, itu artinya Vlogger harus punya kontrol terhadap konten yang didistribusikannya. Jangan sampai konten yang tidak pantas untuk anak-anak malah ditonton oleh anak-anak.
“Lhoh, itu kan salah si anak sendiri, kenapa nontoh vlog gue?”
Iya bener, tapi sebagai content creator, sebaiknya Vlogger lah yang harus menjadi Content Controller. Kalau konten mengandung unsur yang tidak pantas ditonton anak-anak, ya harus ada filter minimal memberikan batasan umur sebelum mempublish konten.
Value Dalam Vlog
Dan yang lebih penting lagi adalah, Vlogger harus memberikan value dalam vlog yang dipublikasikan. Sehingga vlog yang dibuat memiliki isi yang tidak hanya dilihat oleh viewers tapi juga diambil pelajarannya.
Menurut saya, dalam sebuah Vlog harus memiliki poin-poin berikut ini.
#1 Informatif
YouTube adalah media komunikasi dan informasi, untuk itu sebaiknya Vlogger menyisipkan informasi di setiap vlognya. Masing-masing Vlogger pasti memiliki tema vlog pada channel YouTubenya. Misalnya saja Vlogger dengan tema motovlog, berikan informasi seputar motor yang mungkin itu belum banyak diketahui para pecinta motor.
Jangan hanya sekedar naik motor terus direkam, ngomong nggak jelas lalu publish gitu aja tanpa ada informasi yang jelas. Kalau seperti ini, pemirsa YouTube tidak bisa mendapatkan informasi dari vlog tersebut. Yang ada hanya disuruh kepoin aktifitas sehari-hari Vlogger. Ini tidak baik.
Pastikan menyematkan informasi dalam setiap vlog.
#2 Edukatif
Nah, dalam memberikan informasi haruslah informasi yang memberikan edukasi. Misalnya ketika sedang membuat membuat video motovlog dijalanan ada orang yang nerobos rambu-rambu lalu lintas. Di sini Vlogger bisa memberikan informasi seputar kejadian tersebut bahwa tindakan tersebut tidak benar dan baiknya harus bla bla bla. Intinya berikan informasi yang memberikan edukasi kepada para pemirsa YouTube.
#3 Inspiratif
Akan sangat baik jika sebuah vlog mampu menginspirasi banyak orang. Bagaimana menciptakan konten yang menginspirasi? Banyak cara yang bisa dilakukan, tapi yang jelas konten inspiratif adalah konten yang memberikan informasi dan edukasi serta mampu menyentuh perasaan seseorang. Dan yang lebih penting konten tersebut memberikan ajakan yang positif kepada semua orang melalui sebuah hasil karya.
Sehingga apa yang telah dilakukan Vlogger dapat menarik orang lain untuk melakukan hal yang sama dan tentunya lebih baik lagi.
Sebagai contoh saja Vlog “DOES – Diary Of Erix Soekamti” Episode 227 tentang Hardiknas.
Di dalam vlog tersebut, Erix Soekamti memang memberikan konten tentang kesehariannya bersama keluarganya, tapi inti dari vlog tersebut adalah informasi dari grup band asal Solo “Jungkat-Jungkit” digawangi oleh Safina Nadisa & Said Abdullah yang berkesempatan untuk belajar dan mengajarkan kebudayaan di India. Selengkapnya bisa dilihat di Vlog tersebut.
Ketika melihat Vlog tersebut, saya yakin para pemirsa akan mendapatkan inspirasi dari tayangan itu. Mulai dari dimana belajar itu bisa dilakukan dimana saja tidak terbatas ruang dan waktu, terus kita juga terinspirasi untuk terus mencintai budaya lokal, dan masih banyak lagi.
Intinya adalah berikan informasi dan edukasi yang maka itu akan menginspirasi.
#4 Ekspresif
Konten YouTube haruslah ekspresif. Dengan ekspresif maka konten akan enak ditonton. Ekspresif ini harus sesuai dengan tema. Kalau temanya sedih, ya semua unsur yang ada pada konten tersebut harus selaras dengan tema. Endingnya adalah pemirsa akan mendapatkan hiburan yang memang menghibur. Bukan sekedar melihat aktifitas orang lain yang mondar-mandir.
#5 Positif
Nah, dari itu semua, konten YouTube harus memberikan informasi yang positif. Sekali lagi YouTube adalah media komunikasi yang terbuka bisa diakses oleh siapa saja. Jika Vlogger merasa terbebani untuk memberikan pengaturan filter umur, ya berikan saja konten yang positif.
Saya merasa miris melihat beberapa Vlogger sekarang yang banyak membuat konten tema “PRANK“. Kalau kalian suka nonton YouTube pasti tau. Yang tidak menyenangkan adalah “prank” yang berbau dewasa. Misalnya ngeprank nyium perempuan, terus ngajak hal-hal negatif lainnya. Iya, itu semua hak-hak tiap Vlogger, tapi apakah tidak ada konten yang lebih positif lagi?
***
Dari kelima poin di atas, tidak semuanya harus ada, tapi akan lebih baik jika semuanya ada dalam Vlog. Saya yakin jika semua unsur di atas ada, yang namanya minta-minta pemirsa untuk “Subcribe, Like, Share” tidak ada lagi. Karena para pemirsa pasti akan tergerak dengan sendirinya untuk melakukan itu sebagai bentuk apresiasinya jika mereka telah mendapatkan tayangan yang memang layak untuk ditonton, disuka, dan dibagikan kepada semua orang.
Terakhir, fokuslah pada kualitas konten YouTube, bukan hanya sekedar mencari sensasi untuk mengejar jumlah viewer atau subcriber. Artikel ini bukan maksud untuk menyudutkan pihak tertentu, tapi hanya sebagai bentuk pembelajaran bersama agar media yang telah ada ini dimaksimalkan untuk menebar kebaikan.